Sabtu, 05 Oktober 2013

Anak Ibarat Program Komputer

Kenapa anak diibaratkan seperti program komputer?
 




Menurut Elias M. Awad, seorang pakar komputer,  secara garis besar cara kerja komputer terbagi dalam tiga golongan, yaitu input, proses dan output. Ketika input,  kita memasukkan data atau program ke dalam memori komputer.  Kemudian data tersebut diproses sesuai programnya, disimpan dalam memori komputer lalu akan menghasilkan output dalam bentuk informasi. Program yang diinstal dapat berbagai macam, sesuai kebutuhan dari masing-masing user.

Dalam membentuk karakter dan perilaku anak, ayah bunda juga dapat melakukan cara kerja seperti komputer. Otak anak ibarat komputer dengan program softwarenya adalah pikiran anak tersebut. Cara kerja pikiran anak itulah serupa dengan cara kerja komputer. Setiap anak yang baru lahir seperti komputer yang masih kosong, belum terisi program apapun.  Program yang akan ayah bunda input pada anak tersebut tergantung dari lingkungan dimana mereka berinteraksi, keinginan serta kebutuhan masing-masing orang tua, sehingga otak anak akan memproses, menyimpan dan menghasilkan output sesuai dengan harapan orang tuanya.



Ibarat komputer, kita harus menginstal sistem operasi yang tepat agar komputer tersebut dapat berfungsi dengan baik.   Begitupun dalam membentuk karakter dan perilaku anak, kita juga harus menginstal “sistem operasi” yang tepat dalam diri anak agar memiliki kualitas hidup yang baik.  Salah satu cara input program yang powerfull yaitu dengan membacakan buku.  Ayah bunda dapat membacakan buku cerita tentang pendidikan karakter pada mereka.   Dengan membaca, ayah bunda akan mendapatkan dua output, yakni membiasakan anak untuk gemar membaca sekaligus membangun karakter dan perilaku si anak sesuai yang ayah bunda harapkan.
Sebagai contoh, hal yang saya alami ketika anak saya sulit untuk menggosok gigi.    Saya sering membacakan buku cerita yang berjudul “Aku suka menggosok gigi”.    Setiap hari di saat mereka tidur siang dan menjelang tidur malam, saya membacakan buku dengan judul yang sama.   Proses ini saya lakukan berulang-ulang dan tersimpan di alam bawah sadar mereka, sehingga akan tertanam di dalam pikiran mereka dan menghasilkan output seperti yang saya harapkan yaitu anak-anak jadi rajin menggosok gigi.
Agar dalam proses input, yakni membacakan buku cerita menjadi lebih efektif, ayah bunda harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Pilih buku yang tepat untuk anak
Masalah yang dialami tiap orang tua dalam membimbing anaknya akan berbeda.   Pilihlah buku sesuai kebutuhan ayah bunda.   Agar anak tertarik dan bisa fokus untuk membacanya, pilih buku yang menarik, gambar warna-warni, tulisan jangan terlalu panjang dan kecil-kecil.

Pilih waktu yang tepat
Sebaiknya membacakan buku cerita ke anak di saat mereka hendak tidur.  secara alami setiap manusia yang akan tidur dan bangun tidur akan memasuki kondisi gelombang otak di alpha dan theta. Menurut psikiater Jerman, Hans Berger, yang menemukan alat ukur otak yang dinamakan Electro Encephalograph (EEG).  Pada saat ini, frekuensi gelombang otak menandakan aktivitas pikiran bawah sadar. Anak menjadi seperti terhypnosis, yaitu kondisi dimana anak sudah merasa sangat rileks, tenang dan hampir tertidur tetapi anak masih menyadari keberadaannya.  Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Manfaatkan waktu yang tepat ini untuk memberikan input positif pada anak.

Lakukan pengulangan membaca
Dalam membacakan cerita ke anak perlu dilakukan pengulangan karena dengan pengulangan inilah kemampuan anak akan berkembang.     Anak akan mempertahankan input, yakni berupa informasi yang diterimanya dan disimpan dalam memori jangka panjang.    Tanpa disadari, dibawah alam sadarnya, mereka akan terpengaruh dari informasi yang diterimanya.   Sehingga perilaku atau tindakan yang diharapkan dapat tercapai.     Hal ini seperti diungkapkan oleh Sigmund Freud, seorang tokoh psikologi terkemuka, bahwa sebagian besar perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya.   Mekuatan pikiran bawah sadar mempengaruhi sebesar 88% dari tindakan kita, sedangkan kekuatan pikiran sadar hanya berpengaruh sebesar 12%.
Mari kita instal software positif ke dalam diri anak.    Jadikan mereka individu yang dapat meraih keberhasilan di dalam hidupnya.   Semakin banyak software positif yang tersedia di dalam pikiran anak, maka semakin banyak mereka dapat menjalankan program yang diinginkannya sehingga dapat menghasilkan output positif dengan berprestasi dan meraih kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar